Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

MAKALAH SISTEM PENGENDALI ESKALATOR OTOMATIS

Gambar
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, teknologi terus berkembang, termasuk alat transportasi antar lantai dalam suatu gedung. Nama dari alat transportasi tersebut yaitu Eskalator. Eskalator ini memiliki kelebihan yaitu memiliki sistem kendali yang mengendalikan kecepatan Eskalator tersebut, tujuannya yaitu agar tidak kesusahan pada saat mau menginjak anak tangga pertama dari Eskalator, biasanya kesulitan ini dialami oleh orang yang berusia 50 tahun keatas. Namun ada kendala dengan adanya teknologi eskalator ini, dibutuhkan daya listrik yang besar untuk dapat mengoperasikan eskalator ini. Bayangkan bila eskalator beroperasi terus tapi tidak ada yang menggunakannya, berapa besar daya listrik yang terbuang percuma. Oleh karena itu, saat ini mulai dikembangkan eskalator otomatis yang dilengkapi oleh sensor yang dapat mendeteksi orang yang lewat di eskalator sehingga eskalator akan secara otomatis beroperasi saat ada yang ingin menggunakan dan akan otomatis berhenti saa

ikterus obstruktif

Gambar
Ikterus obstruktif adalah ikterus yang terjadi karena obstruksi pada saluran empedu sehingga aliran bilirubin yang telah terkonjugasi (bilirubin direk) terganggu. Disebut juga ikterus post hepatic Karena penyebab terjadinya ikterus ini adalah daerah posthepatik, yaitu setelah bilirubin dialirkan keluar dari hepar. Sedangkan nama surgical jaundice dipakai karena pada ikterus tipe ini terapi utamanya adalah dengan pembedahan. 8 B. Etiologi            Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding saluran misalnya adanya tumor atau penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing askaris sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan di dalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor kaput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepatoduodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. 3            Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista koledoku

Obstruksi jaundice

Obstruksi jaundice adalah perubahan warna kulit, sclera mata atau jaringan lainnya (mebran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Obstruksi jaundice dapat terjadi akibat adanya hambatan saluran empedu.             Manifestasi klinis dari obtruksi jaundice dapat berupa mata, badan menjadi kuning, urine berwarna pekat seperti teh, badan terasa gatal (pruritus), disertai atau tanpa kenaikan suhu badan, disertai atau tanpa kolik perut kanan atas, kadang-kadang feses berwarna keputih-putihan seperti dempul. Untuk diagnosis dari obstruksi jaundice bisa dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dilakukan pemeriksaan labolatorium yang meliputi pemeriksaan darah, urine dan feses rutin. Pemeriksaan fungsi hati bisa dijumpai adanya kenaikan dari bilirubin direct (tekonjugasi), alkali fosfatase meningkat 2-3 kali diatas normal. Serum transminase (SGOT, SGPT) dan Gamma GT sedikit meninggi. Selain

laporan kasus ulkus kornea

Pada kasus Tn.A ditegakkan diagnosis OS ulkus kornea  dari anamnesis dan pemeriksaan ophtalmologi. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.  Sesuai dengan anamnesis, ulkus kornea yang diderita terjadi setelah trauma karena masuknya benda asing. Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak s

katarak kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kerap disebut – sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO), katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia. Katarak kongenital terjadi kira – kira 1,2 – 6 :10.000 dari kelahiran hidup.             Penyebab katarak kongenital bisa bermacam – macam. Sebagian katarak bersifat idiopatik atau herediter. Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan kelainan kromosom, misalnya sindrom down, sindrom lowe, dan sindrom infeksi toksoplasma dan rubella kelainan metabolik seperti galaktosemia, hipoglikemia, dan kondisi anoreksia juga dapat menimbulkan katarak.             Katarak kongenital terdiri dari beberapa jenis yaitu, katarak polaris anterior, katarak polaris posterior, katarak zonularis, katarak membranasea, katarak totalis. Hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri, rasa silau, kelain

gagal ginjal kronis

Chronic kidney disease (CKD) adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelaian structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju fitrasi glomerulus (LFG) , dengan manifestasi: kelainan patologis, terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau dengan kelainan pada tes pencitraan (imaging test), laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan , dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Gejala pada pasien ini sesuai dengan penyakit yang mendasari yaitu hipertensi emergensi dan adanya gejala DM seperti poliuri, polifagia, polidipsi, dan GDS yang meningkat.Pasien mengakui memiliki riwayat penyakit ginjal sejak setahun yang lalu. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan nilai ureum 119 mg/dL dan kreatinin 6.7 mg/dL.             Adapun klasifikasi pedoman KDOQI  merekomendasikan perhitungan GFR dengan rumus Cockroft-Goult sebagai berikut:             GFR(ml/menit/1,73m 2 ) =